Seperti biasa setiap hari pertama sekolah di tahun ajaran
baru, sudah pasti aka nada kegiatan interaktif antara guru dan murid. Seperti
pemilihan ketua kelas, pemilihan wakil, dan seluruh perangkat sekolah. Kemudian
penyusunan jadwal mata pelajaran, ditutup dengan pengumuman kalau besok
kegiatan belajar mengajar sudah dimulai.
Itu artinya aku akan bergulat lagi dengan pelajaran,
berkutat dengan tugas dan berpacaran dengan buku pelajaran. Oh bosan, berusaha
menikmatinya adalah jalan yang bagus sekalipun tidak terlalu efektif. Yeah, ini
resiko yang harus aku ambil untuk membuat keluargaku bangga. Aku tidak ingin
melihat mereka kecewa dengan hasil yang pas-pasan. Kedua orangtuaku itu kan
sudah bekerja keras untuk membiayai sekolah, mereka bekerja siang dan malam
demi aku untuk mendapat pendidikan yang layak dan ilmu yang bermanfaat. Aku
tahu mereka menyimpan banyak harapan padaku, mereka ingin melihat aku sukses
melebihi mereka. Maka untuk setiap usaha yang mereka lakukan aku tidak ingin
semuanya jatuh sia-sia. Karena masih muda aku yakin peluang untuk sukses
banyak, hanya saja jangan sampai aku menyerah dengan mudah.
Bagaimana bisa aku menyerah dengan mudah atas pendidikan dan
kesuksesan sedangkan kedua orangtuaku saja tidak menyerah begitu saja demi
membuatku sukses di masa depan? Konyol, huh?
Aku membereskan buku-buku yang masih kosong, dan berniat
untuk langsung pulang ke rumah. Karena harus istirahat, sementara sore nanti
aku ada les tambahan. Jadi sebaiknya daripada keadaanku memburuk dan jatuh
sakit, harus sedia payung sebelum hujan dari sekarang.
“Bareng Vy?” Aku menoleh, mendapati Ito sudah berada di
belakangku dan sudah memanggul tas ranselnya.
“Tumben…”
“Tumben apanya?”
“Biasanya bareng Favi, kok tumben mau bareng gue?” Aku
berniat memakai tas ransel dan baru saja bicara tentang Favi orangnya malah
sudah muncul tepat di belakang Ito.
“Favi mau main ke rumah gue, nah lo kan searah sama gue jadi
sekalian aja…”
Aku bukannya mengangguk malah mengalihkan pandangan pada Favi
yang sama-sama menatap ke arahku. Kenapa aku malah membenci saat-saat seperti
ini? Saat-saat ketika ia menatap mataku dan aku hanya bisa berdiri diam
mematung. Apa yang salah dengan tatap matanya? Apa yang salah dengan bius yang
mengarungi alam bawah sadarnya?
“Hei, Vy! Jadi nggak pulang bareng?” Ito mengagetkan
lamunanku.
Sialan, desisku. Mengganggu saja, menganggu pikiranku
tentang Favi. Imajinerku tengah merasakan kedamaian tadi.
“Hng… yaudah, oke.”
***
Aku melihatnya, dia begitu tenang. Seperti air yang mengalir
mengarah pada samudera. Hampir tidak pernah kutemui ia bergejolak seperti api
yang siap dipanaskan. Tidak pernah kulihat amarah menguasainya, selalu
ketenangan yang mendominasi wajahnya. Di saat seperti apapun yang kulihat hanya
angin mendayu. Siapa yang tidak terpikat pesonanya?
Aku tahu, aku hanya anak kecil berusia 9 tahun yang terlalu
berpikir secara dewasa, namun itu semua tidak ada artinya. Meski aku terus
mencari jawaban apa yang aku rasakan setiap kali melihat dia? Apa yang aku
rasakan ini wajar? Terlalu terpikirkan, aku tidak bisa mengelak dari badai yang
datang, yang membuatku menelan bulat-bulat pikat tubuhnya.
“Itu rumahnya Ivy!” tunjuk Ito saat aku berhenti di depan
rumah.
No response, tidak ada respon berarti yang Favi katakan. Ia
menatap datar bangunan 2 tingkat di sebelah kiri kami. Sementara aku sudah
membuka gerbang dan aku masih tidak bisa memalingkan tatapanku dari kedua mata
cokelatnya.
“Makasih ya udah nganterin…” Ito melambaikan tangannya
sementara aku bergegas masuk ke dalam rumah, menaruh sepedaku dan pergi ke
kamar.
Sengaja aku melewati dapur dan pirantinya. Aku sedang tidak
ingin menyentuh apapun di meja makan, aku hanya ingin segera tidur dan
berangan-angan dengan pikiran imajinerku. Terutama tentang pemuda bernama
Favian. Nama kecil yang selalu membuatku tersipu setiap kali mata kami bertemu
tatap, nama yang selalu ada di dalam kepalaku, nama yang selalu aku hembuskan
setiap kali merasa kesepian, nama yang sudah aku ukir baik-baik di suatu tempat
tak bertuan. Menaruh lenganku di atas kepala, sebaiknya aku beristirahat saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar