Tsk!
“Mau kemana?” Suaranya nyaris berbisik. Louis harus menunduk untuk mendengar sepupu tersayangnya bicara.
“Aku mau kesana dulu, kau disini saja.” Ia menunjuk salah satu toko yang sangat ramai.
Panas, pekat, bau menyengat semuanya bercampur jadi satu. Hidungnya gatal, tidak suka wangi menyengat dengan campuran panas matahari. Oh dia butuh salju di musim panas, berapapun harganya akan dia beli demi mencegah kulit epidermisnya terkena serangan violet siang hari. Menaruh tangannya di depan dahi, seraya menutupi wajah yang tersengat. Ia belum mau memiliki kulit eksotis, cukup berbangga hati dengan ras Arya. Ras paling unggul dari segala ras di muka bumi. Iya terus saja membandingkan ciptaan Tuhan, ya? Memang sifatnya suka seenaknya seperti itu, kok. Berlari kecil menuju tempat teduh, cukup untuk melindungi tubuh berisinya dari siksaan matahari siang.
Menyandarkan tubuhnya pada susunan bata, menghela nafas. Membiarkan dadanya turun naik, sedikit mengelus. Menembus keramaian di pusat perbelanjaan ini tidaklah mudah. Terkutuklah ayahnya! Peluh mulai menetes bersamaan dengan kerongkongan yang terasa kering. Menatap nanar bangunan yang dimasuki Louis beberapa menit yang lalu, semoga pemuda itu melihatnya disini.
Terlahir dengan pikiran yang berbeda dari entitas lain membuat Spielberg muda nampak aneh di mata sebagian orang. Dulu dia sempat menghajar habis-habisan anak tuan tanah kaya di daerah panti asuhan hanya karena mematahkan sebatang sisa rokok yang dia temukan tergeletak diatas tembok bekas bangunan tidak jauh dari terowongan air. Namun dengan kepintaran dan otak jahatnya, ia berhasil lolos dari hukuman. Dari kecil dirinya sudah terbiasa hidup keras, jika dia sudah menginginkan sesuatu maka dia akan melakukan apapun untuk mendapatkannya. Mungkin itu akan menjadi kelemahannya satu saat nanti. Siapa tahu.
Peluh nampak jelas sekali di wajahnya. Geo sebenarnya memiliki paras yang terbilang lumayan tapi dengan penampilannya yang biasa saja justru membuatnya terlihat seperti anak jalanan. Anak yang terbuang atau apalah namanya. Surai merah terangnya dibiarkan berantakan dan mata tajamnya menatap liar ke sekitar.
"......"
Satu entitas yang tengah berteduh disana membuat matanya terpaksa menetap lama untuk memperhatikan surai merah terang yang warnanya senada dengan yang ia miliki. Rasanya seperti pernah melihat gadis itu, tapi dia lupa. Geoffrey berjalan mendekat ke arah sana dan ikut berteduh sambil menatap ke jalanan, masih berusaha mencari Worth. Dahinya berkerut dan tangan kanannya menghapus keringat yang hampir saja jatuh ke pipinya.
Cih! Kenapa jadi penasaran.
"Permisi, apa kita pernah bertemu?"
Kalaupun tidak dijawab bukan masalah baginya. Dia tidak begitu membutuhkan jawaban itu. Lagipula gadis itu bukanlah orang yang dikenalnya dengan baik, hanya karena dorongan rasa penasaran dalam dirinya saja yang membuat pemuda Spielberg ini akhirnya bertanya seperti tadi.
"....."
Oh... sial, harusnya peduli setankan saja rasa penasaran itu.
Merangkul dirinya sendiri, nafasnya terengah. Bukan lantara
berlari kecil menuju tempat teduh, lebih karena persediaan oksigen mulai
menipis di sekitarnya. Kepadatan orang-orang berjalan dan memenuhi setiap sisi
jalan inilah yang membuatnya harus susah payah menghirup oksigen, ditambah bau
tidak setiap setiap kakinya melangkah dalam hitungan jengkal. Berniat mengikt
kasar helaian surai merahnya, ia terlalu sayang pada bagian tubuh tercintanya. Membawa
telapak tangannya untuk mengelap peluh dengan harapan tidak ada lagi tetesan
keringat yang jatuh untuk menghancurkan penampilan saat ini. Dilihat dari segi
manapun, seorang puteri tidak boleh terlihat lusuh, ya?
Ah Louis dia lama sekali, bisa mati kering disini.
Odessa kecil menggelung surainya, menggerakkan tangannya
seolah udara segar bisa keluar dari gerakan kasar tangannya sendiri. Mengingat sendirian
di tengah keramaian itu sedih, lebih baik sendirian di dalam hening. Meskipun tak
satupun yang memandangnya kesini, ia masih sering mendengus kesal apabila
melihat anak-anak kecil bergerak manja pada orangtua mereka. Meminta ini dan
itu, mengajak orangtua mereka kesana dan kemari. Ia sendiri kesini hanya berdua
dengan Louis, secuil amarahnya menggelegak kala mengingat Napoleon senior
begitu ingin mengasingkan dirinya ke Salem. Gadis kelahiran Sydney sama sekali
tidak peduli dengan hiburan ibunya yang tempo hari mengatakan kalau ini demi
kebaikan dirinya. Cih! Jangankan pengasingan, perjodohannya dengan Orion bahkan
dengan alasan yang sama.
Nyx menunduk, membiarkan tatapannya hanya berujung pada dua
tungkai yang kini menjejak di tanah. Entah kenapa ia merasa kalau mulai saat
ini hidupnya mungkin memiliki kebebasan, tidak lagi terkungkung di dalam sebuah
istana besar tanpa kehidupan. Calix Lumina, sejak ia dipindahkan kesana seorang
diri, Napoleon hanya menugaskan pesuruh pribadinya untuk mengurus keperluan
puterinya semasa ia menghabiskan pendidikan di Salem. Ah hanya pesuruh, bukan
mata-mata. Ia bisa bebas melakukan kegiatan apapun, kalau tengah berada di
Calix Lumina. Menyuruh Louis menemani dirinya pun tidak akan ketahuan. Ya, buah jatuh tidak
jauh dari pohonnya kan.
Sigh—sebentar, ada yang berjalan kearahnya. Seorang gembel
jalanan ingin meminta kepingan uang mungkin? Ia memiliki warna yang sama, hanya
terlihat lebih kumuh.
Dihampiri seorang laki-laki di tengah keramaian, dan dia
berada di sudut. Bukankah ini waktunya agar gadis Napoleon menghidupkan sikap
waspadanya? Alisnya meninggi, mendapati pertanyaan ganjil yang berasal dari
pemuda di depannya. Pernah ketemu katanya? Alibi macam apa yang dikatakan, ia
bahkan baru melihat pemuda itu hari ini. Apa ini modus kejahatan baru terhadap sesama
anak kecil? Belajarlah dari ajaran nenek moyang, meski ajaran itu sudah kuno
dimakan usia. Maka jangan tatap mata anonim di dekatnya.
“Kurasa tidak. Kau siapa?”
Lalu apa yang harus dia perbuat pada gadis di sampingnya ini?
Geoffrey itu bukanlah tipikal pemuda yang bisa berbasa-basi, dia sepertinya akan memilih untuk mengacuhkan si gadis alih-alih mengajak gadis itu bicara lagi dengan melontarkan pertanyaan lain sebagai permualaan. Tapi pertanyaan awal tadi memang serius dan bukan hanya sekedar basa-basi, dia hanya merasa pernah melihat another redhead di sampingnya ini. Siapa dia? Kenapa bisa terlihat familiar? Itu semua pada akhirnya hanya diabaikan olehnya. Namun, ditilik dari penampilannya, gadis ini seperti nona muda kaya raya yang memiliki segalanya atau mungkin mampu memiliki segalanya hanya dengan satu tunjukkan dari telunjuknya yang kecil itu. Dalam hal yang menyangkut masalah galleon, Geo tidak bisa berkata tidak tertarik. Masalah kehidupan dia yakin kalau dirinya jauh lebih tahu tentang asam garam dunia dibandingkan bocah perempuan disana. Hanya saja masalah uang, Geo kalau telak.
"......"
Spielberg muda mengacak surai merahnya. Tangan kanannya mengeluarkan rokok yang tinggal setengah dari saku celana. Tangan kirinya mengambil pemantik kecil dan mulai menghidupkan sisa rokok yang tadi sempat dia hidupkan tapi harus dimatikan lantaran Worth tidak begitu menyukainya. Geoffrey menghisap dengan ekspresi penuh kenikmatan dari benda yang selama ini menjadi temannya. Mulutnya menghembuskan sisa asap yang dihasilkan oleh rokok tadi. Masalah gadis disebelahnya tadi, dia sudah lupa, serius. Atensinya tentu saja akan tetap teralih jika ada sapaan lain. Begini-begini dia juga punya jiwa, tidak sepenuhnya mengabaikan. Fuh.
Lagi-lagi harus mengenal anonim lain. Alibinya mengatakan
kalau ia pernah melihat perempuan lain yang mirip dengannya atau malah katanya
mereka pernah bertemu sebelumnya. Bertemu dimana? Alam akhirat sebelum lahir ke
dunia? Mimpi! Cih, belakangan banyak sekali tipe-tipe kejahatan yang marak
diperlihatkan. Bocah laki-laki ini contohnya, dari penampilannya saja sudah
seperti penjahat. Wajar kalau Nyx bersikap waspada meski ia lebih banyak diam. Dia
tidak suka banyak bicara pada orang yang belum dikenalnya, jangankan sama teman
seumurnya, sama kedua orangtuanya saja ia jarang bicara. Maka tak jarang ia
akan dinilai sebagai pribadi arogan.
Ketika ia mempeduli setani semua penilaian orang lain,
faktanya ia sendiri terkadang menilai dirinya kelewat batas.
Tidak bisa hidup mandiri tanpa Louis. Selalu menyusahkan
sepupu laki-lakinya dan tidak memberikan Louis celah untuk orang lain misalnya.
Sekedar mengingatkan, mereka berdua jiwa yang terpisah setelah sekian lama bisa
dipersatukan tanpa Napoleon senior bisa mengambil haknya, kecuali kalau Pak Tua
sialan itu datang ke Calix Lumina dan menemukan anak perempuan tinggal satu
atap dengan Louis Napoleon. Tapi toh biar saja, Louis sepupunya. Sudah dianggapnya
menjadi bagian hidup paling penting dari segalanya. Tahu apa Pak Tua tentang
hidup penuh kasih sayang, toh ia membenci puteri tunggalnya sendiri, kan?
Jika memang lahir untuk dibenci kenapa tidak sekalian saja
dia dibunuh sebelum lahir?
Tidak perlu repot memperlakukan gadis belia sepertinya
seolah ia berbeda gender. Kenapa juga mereka tidak memproduksi anak lagi? Bukankah
ayah menginginkan anak laki-laki di dalam hidupnya? Sedangkan ia seorang
perempuan, atau ia harus berganti peran sebagai anak laki-laki seumur hidupnya?
Terserahlah, dia benci hidupnya sekarang.
Sigh—melirik pemuda anonim sebelahnya. Sejak kapan gembel
punya tampang lumayan seperti dia? Gembel elite, katakanlah begitu. Ada sebuah
benda terselip diantara bibirnya, dan itu mengeluarkan asap. Cerutu kah? Karena
jika di istana, satu-satunya benda yang mengeluarkan asap dan diselipkan
diantara bibir hanya cerutu milik Pak Tua sialan, ayahnya. Sebentar, ia
menengadah berusaha mengingat nama benda yang tengah dinikmati pemuda
sebelahnya. Hitungan detik berlalu, dan dia menyerah.
“Itu benda apa?” Tanya Nyx dengan wajah datar.