PROLOG
“Aku pulang,
ya…”
“Hmm,
hati-hati.” Tangannya terulur mengacak-acak surai merah bak darah penuh kasih
sayang. Disambutnya sebuah pelukan erat dari gadis kecilnya, sangat erat sampai
tidak ingin lepas. Belum tentu dia kembali, begitu pikirnya.
“I’ll miss you.”
Dalam sebuah dekapan yang ia sebut sebagai rumah, kelak ia akan berada disana
selamanya. Didengarnya ucap balas yang sama dengan nada mantap sekaligus
didaratkannya sebuah kecupan ringan. Gadis itu menyukainya saat egonya meluruh,
memutar balik seperti ia tak pernah tumbuh dewasa, tempatnya bersandar kini
mengerti, paling tidak apa yang dibutuhkannya selama setengah tahun ini. Lalu
ia berjanji akan kembali setelah ada spasi diantara keduanya, merenggut sejenak
di sisi pemudanya. Ia terlalu berat melepaskan bahkan untuk kepergian dirinya
sendiri. Nyx Odessa membiarkan obsidiannya merekam Dixon muda, tangannya
tergantung disana sampai jemputan miliknya tiba dan memaksa Odessa tunggal
bergegas meninggalkan pemudanya.
Ketika beberapa
lelaki berpakaian hitam dilengkapi jubah besar menjuntai membungkuk di
depannya, membawakan semua tas dan koper milik Nyx, ia terpaksa melambaikan
tangan dengan berat hati. Memasuki kendaraan beroda empat dengan enggan dan
menempelkan tangannya disana sembari mengerjap, begitu terus posisinya hingga
jemputannya menghilang di sudut jalan. Kembali terdiam memainkan terusan
rendanya. Nyx tidak pernah suka kembali ke rumah, ia lebih suka kembali ke
Calix Lumina seperti sebelumnya, tapi dua minggu yang lalu Louis memberikannya kabar
dengan datang ke Sallowsville mengatakan padanya kalau Nyx harus pulang tanpa
alasan yang jelas. Tidak ada kasus penolakan yang terjadi di keluarga Napoleon,
harga diri Fergusson terlalu mahal bila dicoreng kata penolakan sekalipun
alasannya tidak jelas. Lagipula sudah hal biasa Nyx menuruti ego ayahnya. Ia
sudah tidak merasa heran lagi kalau dirinya hanya menjadi pesuruh pribadi
ayahnya demi sebuah kebanggaan semu dan jabatan raja dalam impiannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar