Cih,
dengan Parthian, ya?
Lagi-lagi,
kelas Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam, menggabungkan semua asrama menjadi satu,
dalam sebuah kelas. Memang, itu tak masalah, tapi tak enak untuk Sean. Dia
kurang senang bergaul dengan asrama berlambang Gagak, yang jika mendapat
pertanyaan, selalu menjawab di luar akal sehat. Sean tidak mengerti, kenapa
asrama itu terkenal dengan ketelitiannya, dan sebagainya. Padahal, rata-rata
anak Parthian tak memiliki semua kriteria itu. Mungkin, kemenangan mereka tahun
kemarin itu, hanya sekedar keberuntungan belaka. Ya, Sean yakin itu.
Bersama
kepala asrama Nadirs, Sean cukup senang. Apalagi ketika Profesor Aleyha
menanyakan perbedaan antara beberapa Mantra yang dia tunjukkan di depan semua
murid-muridnya. Sean tentu ingin sekali menjawab, hanya saja dia terlambat.
Beberapa anak sudah terlebih dahulu menjawab, dan menjelaskan panjang lebar.
Dan lagi, beberapa anak Parthian menjawab panjang lebar, namun tak jelas arah
dan tujuan jawaban mereka. Huh, dasar, membosankan sekali belajar satu ruangan
dengan mereka. Kenapa tidak dicoba untuk dibagi saja?
“
Sean McKinley, Nadirs, Prof. ", Sean berdiri, bersiap untuk menjelaskan
jawabannya. " Protego, Expelliarmu, dan Finite merupakan tiga Mantra yang
tergolong Mantra pelindung, dilihat dari efek yang dihasilkan. Protego,
menghasilkan sebuah tameng yang dapat melindungi, Expelliarmus, dapat melucuti
senjata lawan saat terdesak. Dan Finite, Mantra untuk menghentikan efek dari
mantra yang sebelumnya digunakan.... "
Eit, belum selesai....
“....
Dan, Stupefy merupakan Mantra yang digunakan untuk menyerang. Efeknya dapat
membuat orang yang terkena Mantra ini pingsan. "
Done....
Sean
kembali duduk di tempatnya, dan kembali fokus ke depan kelas. Dia menunggu
respon dari Profesor, atau mungkin dari teman-temannya yang lain, yang mungkin
kurang setuju dengan jawabannya. Itu bukan masalah untuk Sean, karena dalam
belajar, jelas, ada salah ada juga benar. Jadi, dia masih menunggu dalam diam,
sambil sesekali melirik ke arah seisi kelas yang cukup ramai. Ngomong-ngomong,
ke mana anak Nadirs lainnya? Apa hanya Sean seorang saja yang berada dalam
kelas ini? Hei, hormatilah kepala asrama
kita, sobat!
§§§
Ah,
dengan asrama Parthian ne? Ia masih duduk dengan tenang di koordinatnya
sendiri, memutuskan untuk membolak-balik buku subjek Pertahanan terhadap Ilmu
Hitam ini secara asal. Nyatanya nama asrama tersebut malah mengingatkannya
dengan Minhye yang juga tengah berada di bawah naungan asrama berlambang burung
gagak tersebut. Akan lebih menyenangkan mungkin kalau mereka bersama dalam satu
tingkat dan kelas. Namun sayangnya tidak, kenyataan bahwa Minhye satu tahun
lebih muda darinya membuat siapapun tak dapat memikirkan kemungkinan seorang
anak yang lebih muda setahun usianya masuk dalam jejeran tingkat yang jauh
lebih senior darinya. Walau hanya satu tahun bedanya juga sih. Ah, lupakan
saja, mengingat sepertinya ia akan mulai sibuk dengan kelas-kelas pilihan yang
diambil nanti.
Sedikit
tidak menyesal memilih kelas terbang di antara sekian banyak kelas berisikan
teori yang lainnya. Berharap saja sistem kelas terbang tidak akan membuat
siswa-siswinya harus mengalami teori secara terus-menerus seperti itu.
Sementara tugas Pertahanan terhadap Ilmu Hitam yang diberikan Profesor Devearux
saja belum ia kerjakan sampai saat ini. Bukan karena malas, lebih tepatnya
belum sempat mencari sumber essai tersebut di tempat yang memadai. Maksudnya ke
perpustakaan, yah mungkin memang sedikit ada rasa malas juga terkadang. Ia kan
masih manusia pada normalnya walau saat ini ia masuk ke asrama tempat para
cedekiawan katanya.
Ketika
materi kelas dibuka dengan empat pertanyaan untuk membedakan empat kata mantra
yang diberikan di muka kelas. Eh-hem, ia tahu sih, tentu saja karena pernah
mendengarnya dari buku-buku lain sebelumnya. Masalahnya disini adalah, yang
menjawab sudah banyak sekali tuh, mau turut menjawab saja rasanya sudah tidak
ada kata lain lagi yang hendak ia ucapkan. Sesungguhnya ingin menambahkan
bagian Expelliarmus, tapi sudahlah. Lain kali saja, masih banyak kesempatan
juga ini kan? Kalau diperkenankan sih, inginnya dia bertanya, tapi ini masih
sesi jawab kan?
"Nice,
McKinley", lontaran lain untuk anak teman seasrama dan sekamarnya
sekaligus malahan. "Kau sudah baca materi itu terlebih dulu ya?",
tidak heran untuk ukuran anak Nadirs sih.
§§§
Pertahanan
Terhadap Ilmu Hitam—open.
Sudah
dibuka ya kelasnya? Oh well, gadis Athena 12 tahun itu segera bergegas menuju
kelasnya. Kelas ini yang selalu dipenuhi siswa-siswi lain ketika palangnya
memutar dan menunjukkan kata ‘open’. Tuh lihat saja, ketika kaki mungilnya
telah menapaki kelas ini sudah banyak murid berhamburan. Semangat sekali ya?
Beda deh sama Ivy yang setiap hari terasa lemah. Memang lemah kok.
Ivy
memilih duduk di sudut ruangan—sudah kecil duduknya dipojokan persis tuyul ya?
Abaikan
pernyataan barusan. Fokus saja kepada pelajaran. Sesungguhnya Ivy takut dengan
pelajaran ini, karena hitam. Berhubungan dengan kata hitam sedangkan Ivy paling
takut dengan segala yang berbau hitam. Karena hitam itu gelap, gelap itu suram,
suram itu… Ah sudahlah lupakan—Ivy takut. Omong-omong Profesor tadi bilang 4
mantra ya? 4 mantra yang disebutkan. Kan tuh, baru begitu saja kelas sudah
ramai sekali, kicauan sudah terdengar dimana-mana. Satu per satu jawaban serta
sanggahan sudah terdengar. Ivy menoleh, belum ada satupun dari asramanya yang
datang dan pada intinya dia disini sendirian, eh?
“Prof…”
ia mengacungkan jari telunjuknya. Tubuh mungil berdiri, “Protego mantra
pelindung yang sederhana, umumnya memang diperuntukkan melindungi penyihir dari
lawan, Stupefy mantra penyerang dan mengakibatkan lawan kehilangan kesadaran,
kalau Expelliarmus…” ia berhenti mencoba mengingat materi yang ia baca 2 hari
yang lalu. “Mantra melucuti tongkat sihir lawan, dan Finite… aku belum terlalu
paham, Prof. Terima kasih.” Ia duduk kembali. Jadi dimana teman-teman seasramanya? Jadi ia
mepet saja deh dengan Miss McLane. Boleh ya kakak? Bolehdomsah—Ivy tersenyum, “Kalau Finite itu apa ya, McLane? Bisa
dijelaskan padaku sedikit?”
§§§
Tahu
tidak, setelah Sean menjawab pertanyaan dari Profesor tadi, dia sudah merasa
cukup lega, karena jawabannya itu, paling tidak dapat mengimbangi apa yang
sudah dikatakan anak-anak lain sebelum dirinya menjawab. Sudahlah, toh bukan
urusannya juga kalau nantinya anak-anak asrama lain itu yang akan menguasai
kelas Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam ini. Sementara Nadirs, Sean merasa,
kemungkinan untuk meraih kejayaan dalam kelas sedikit memudar. Hanya Sean
sendirian, atau mungkin tambahan satu atau dua anak Nadirs lainnya.
Benar-benar, menyebalkan.
Tak
lama setelah Sean duduk, sebuah suara terdengar lewat di telinga Sean. Suaranya
terasa tak asing lagi untuknya, seperti suara teman satu asramanya di Nadirs.
Sean menoleh, dan mendapati seorang pemuda berparas Asia dengan marga Salveau
dibelakangnya. Sedikit memuji Sean, tidak membuat Sean menjadi sombong atau
besar kepala. Dia hanya menjawabnya dengan sebuah senyuman pada teman satu
asramanya itu. Paling tidak, dia masih menghemat kata-kata untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan selanjutnya yang pasti akan lebih sulit.
"
Yah, tapi aku tak membaca satu buku. ", memang benar. Gila saja kalau
misalnya Sean dapat membaca satu buku tebal, dan dapat menghafalnya persis,
seperti apa yang tertulis di dalam buku. Oh, lupakan hal yang satu ini, kembali
ke tempat semula, Kelas Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam.
Padahal,
baru beberapa saat Sean mencapai puncak ketenangan, dia kembali mendengar
sebuah suara, dengan nada sedikit sombong. Sean tak menoleh langsung, dia masih
serius menatap ke depan kelas, tepat dimana Profesor berdiri. Hingga akhirnya,
Sean benar-benar mendengar, bahwa anak bernama America itu menyanggah jawaban
Sean sebelumnya. Memang, itu bukan masalah. Tetap, masih dalam posisi diam,
Sean memandang ke depan. Dia tak mau mencari masalah dengan asrama Gagak Hitam
yang suka menebar kesombongan itu.
Cih...
"Kenapa
kelas tidak dipisah saja. Nadirs, dengan Nadirs.... ", Sean berbisik pada
Salveau. Tak ada yang mendengar percakapan itu, hanya mereka berdua saja.
".... begitu lebih baik. "
Sean
kembali lurus ke depan, siap mendengar dengan tajam pertanyaan yang mungkin
akan diluncurkan Profesor lagi. Dia sudah siap sepenuhnya, dengan berbagai
jawaban yang panjang, ataupun yang sangat singkat. Jangan sampai dia terlambat
untuk menjawab pertanyaan itu. Dia tak mau kehilangan poin lagi, yang sangat
berguna untuk membuat asrama Nadirs berjaya diantara mpat asrama yang ada di
sekolah sihir ini. Dan, mungkin tambahan beberapa anak Nadirs, akan membuat
Sean bersemangat dan kemungkinan meraih kemenangan semakin terbuka.
§§§
Hng,
Leopart.
Cengiran
miring tergantung di wajah gadis red-headed
itu. Yea, Ilona tadi tidak bilang kalau Stupefy Expelliarmus bukan mantra
pertahanan kok. Dia hanya menspesifikasi, bahwa Stupefy digunakan untuk
merobohkan musuh dan Expelliarmus untuk perlucutan senjata dan Protego sebagai
tameng. Ha, kalau bisa Ilona ingin lihat bocah Parthian ini menggunakan Stupefy
sebagai tameng. Melipat kedua tangan, gadis itu mulai mengonter kata-kata
Leopart dan membalas tatapan sinisnya dengan cengiran miringnya dan raut wajah
kalem.
"Apa aku bilang sesuatu tentang
Stupefy dan Expelliarmus bukan mantra pertahanan, Leopart? No."
Terdiam, menyusun kata-katanya lagi. Ck, kali ini dia tak
boleh jadi Ilona yang mudah naik darah. Dia tidak peduli dengan detensi, tapi
pasti poin Carnegies akan mendapat atensinya. Dan jangan sampai hal itu terjadi
hanya karena anak ini.
"Aku hanya bilang kalau yang berfungsi
sebagai tameng adalah Protego, Leopart. Say, bisakah kau gunakan Stupefy
sebagai tameng jika ada musuh yang akan menyerangmu? Lagipula tadi kau sendri
yang bilang, hm?"
Hm, Ilona sudah selesai. Walau begitu dengan senang hati
ia melanjutkan jika ada kalimat-kalimat penyulut perang dari anak itu.
Berpaling sambil nyengir kepada Athena—Hau, siswi Bourdon yang ini imut-imut
sekali sih. Lalu garuk-garuk kepala sejenak, mengingat-ingat definisi dari
mantra 'Finite'. Ah, salahnya sendiri juga sih hanya membolak-balik buku
PTIH-nya semalam alih-alih membaca dengan seksama. "Hng—kalau tidak
salah.." Mengeluarkan buku teks-nya dari tas, lalu membuka-buka halamannya.
"Ah! Yeah, Finite digunakan
untuk menghentikan mantra yang sedang bekerja. Misalnya ada sesuatu yang
dirapalkan Wingardium Leviosa.. Maka kita gunakan Finite untuk menghentikan
efeknya.."
Nyengir sok inosen kepada Athena.
"Eh—tapi itu kalau tidak salah,
ya. Soalnya aku semalam juga hanya membolak-balik bukunya, ehehe..."
Ah, Ilona. Kan malu pada Athena, tahu.
Ketahuan deh kalau Ilona tidak sedang dalam mood 'ayo-belajar-yang-rajin'
begitu. Walaupun wajahnya juga sekarang masih setengah nyengir setengah mengantuk
juga. Hng, rasanya kalau dia bisa membeli obat penghilang kantuk dengan senang
hati gadis itu akan membelinya sepaket. Kalau-kalau dia bisa dalam mood seperti
ini beberapa kali dalam setahun, kau tahu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar