P
|
elajaran
pertama, di kelas Telaah Muggle. Akhirnya, Sean bisa menghadiri kelas tambahan
yang menurutnya sangat menarik untuk diikuti, di tahun keduanya ini. Dia tak
ingin hanya belajar sebatas pelajaran umum, macam Herbologi, Astronomi, Mantra
dan lain-lain. Baginya, yang dia butuhkan adalah sesuatu yang baru, yang mampu
membuatnya kembali bersemangat untuk mendapatkan nilai yang memuaskan,
sekaligus dapat membawa Nadirs menjadi juara antar asrama tahun ini. Yah,
paling tidak itu jadi salah satu harapan Sean untuk kali ini. Semoga saja,
bisa. Gurunya, kepala asrama Carnegies, eh? Bagus, tidak seburuk bila diajar
oleh guru yang menjadi kepala asrama Parthian, tepatnya di kelas Ramalan. Salah
satu alasan kenapa Sean tidak memilih untuk memasuki kelas Ramalan. Catat itu,
dan coba pahami. Pasti nanti akan ada kasus pilih kasih yang biasa terjadi di
dunia muggle. Sean, sudah cukup sering merasakannya. Oke, dia percaya pada
Profesor berwajah Asia yang mengajarnya saat ini. Kelihatan tidak terlalu
buruk.
Sean duduk di salah satu bangku yang terletak di deretan belakang. Ini menjadi salah satu faktor, agar dia bisa mengawasi seisi kelas, entah itu kelihatan atau tidak. Dan tak berapa lama, seluruh murid disuruh maju ke depan, untuk mengambil sesuatu dari sebuah kotak yang sudah dipersiapkan Profesor. Eh? Kotak apa itu? Sean memandangi satu per satu temannya maju, dan mengambil sesuatu dari dalam kotak. Sepertinya, beberapa benda dari dunia muggle. Menarik, mereka akan mengidentifikasi benda-benda itu, eh? Sean siap untuk yang satu ini. Giliran Sean maju, dan mengambil salah satu benda yang ada di dalam kotak. Nah, sudah ada dalam genggamannya. Sean menarik benda itu, dan melihat benda yang sudah tak asing untuknya. Ini topi. Sean tersenyum sesaat, memandangi topi yang ada di tangannya. Dia langsung memakai topi itu di kepalanya, dan berjalan ke tempat duduknya semula. Yah, begitulah sifat anak seumuran Sean, tak akan malu, sekalipun sedang dilihat beberapa orang temannya yang mungkin terheran-heran dengan tingkah laku Sean, seperti anak abnormal?
Sean mengambil sebuah perkamen, dan sudah siap menulis. Dia kembali mengambil topinya dan mulai memandanginya. Apa yang akan dia tulis sekarang?
" Hei, dapat apa? ", itu dia bertanya pada orang di sebelahnya.
§§§
Telaah
muggle—sigh.
Iya
mengambil kelas ini karena yea dia hidup di di dunia muggle, dear. Benar-benar
hidup dan menjalani kehidupan selayaknya muggle yang tak punya kekuatan sihir.
Jadi ini adalah pertama kalinya ia kembali ke sekolah. Selama ini dia kemana
saja? Dia tidur, mati suri. Gadis bertitel Athena itu hanya bisa menguap
mendapati kelas Telaah muggle yang hanya berisi segelintir anak. Mana anak-anak
rajin lainnya?
Memasuki
kelas Telaah Muggle—duduk rapi.
Memperhatikan
penjelasan, then—membuang wajahnya ke jendela. Musim gugur sudah tiba, jadi ia
mengingat liburannya dengan Mom dan itu mengasyikkan. Di dunia muggle banyak
tempat yang bisa dikunjungi. Ivy senang berada disana, kau tahu itu. Tetapi
kata Mom, sebagai penyihir kita harus belajar sihir dan itu berguna di
kehidupan muggle pada nantinya. Ia menurut saja, sebagai seorang anak perempuan
berusia 12 tahun ia memang masih butuh pengawasan dari orangtuanya. Lalu disini
katanya ada kotak, kotak yang isinya entah apa deh Ivy tidak tahu. Tubuh
mungilnya berjalan ke depan kelas, mengambil kotak yang tadi dikatakan. Katanya
di dalamnya ada satu benda. Mungkin berhubungan dengan Muggle, ya jelas
berhubungan namanya juga Telaah Muggle, masa yang ada di dalam kotak malah
kepala Troll kan tidak lucu.
Well,
Ivy membuka kotak itu dengan pelan, mengernyitkan keningnya.
Mengambil
dengan hati-hati benda tersebut dan ia menaruhnya di atas meja. “Kabel?” ia
tersentak. Buat apa ada kabel? Kalau tidak salah Mom pernah memakai ini, “Aku
dapat kabel, McKinley. Kau? Topi?” ia menoleh pada teman sebangkunya. “Lalu ini
diapakan?” Iya memang Ivy tidak tahu kabel ini mau diapakan, sebab dia bukan
tukang listrik atau tukang apapun.
§§§
Sean
masih asik memandangi topi yang baru saja dia ambil dari dalam kotak di depan
kelas tadi. Bukankah mereka semua harus mengidentifikasi benda-benda muggle
itu? Seperti ciri-cirinya, bentuknya, kegunaannya, dan lain-lain. Untunglah
kalau begitu, Sean tidak terlalu repot untuk berpikir, dan dia tak harus
memeras keringat lebih banyak dari pada biasanya. Satu benda, yang dapat dengan
mudah dia jelaskan di atas sebuah perkamen. Tapi, sampai saat ini dia belum
memutuskan apa yang akan dia tulis, dan apa yang akan dia jelaskan di atas
perkamennya.
Eh,
Kabel? Sean menoleh ke samping, memandangi seseorang yang tadi dia tanya,
mendapat apa. Seorang gadis, yang pernah Sean kenali, mendapat sebuah kabel
yang sangat bermanfaat bagi muggle. Muggle tak bisa hidup tanpa kabel. Karena
kabel itu dapat menyambungkan satu benda, dan dapat mengaktifkan sesuatu.
Seperti sebuah kipas angin misalnya, yang pernah Sean baca di salah satu buku
di dunia muggle. Kabel itu mengandung sesuatu, yang sampai saat ini belum bisa
Sean temukan dalam prgram penelitian dunia muggle-nya. Uhm.
"
Ya, aku dapat topi.... ", Sean menarik topinya, dan menunjukkannya pada
gadis di sebelahnya, kalau tak salah namanya Athena, eh? ".... kita harus
mengidentifikasi benda ini. Kegunaan, dan semacamnya. "
Yah,
saling membantu satu sama lain bukan masalah, kan? Sean kembali memperhatikan
topi miliknya, dan otaknya kini sudah terisi dengan berbagai jawaban yang akan
langsung dia tuangkan ke atas perkamen yang masih putih bersih, masih belum
tersentuh setitik pun tinta hitam milik Sean. Sean sudah mencelupkan pena
bulunya ke dalam tinta hitam, dan mengarahkannya ke atas perkamen. Lama
kelamaan, membentuk huruf demi huruf, kalimat demi kalimat, dan akhirnya sudah
hampir menjadi sebuah identifikasi singkat, padat, dan tepat. Begitulah menurut
Sean.
Sreet....
Nama : Sean McKinley
Asrama : Nadirs
Topi Muggle
Topi, sebuah benda dengan bentuk yang
beragam, dan berbagai warna yang indah. Topi sering digunakan sebagai pelindung
kepala di saat cuaca panas, atau sedang hujan. Namun, terkadang topi juga
digunakan sebagai salah satu benda untuk memperlihatkan gaya masa kini. Sering
terlihat, beberapa anak muda di dunia muggle, berjalan dengan sebuah topi di
atas kepalanya, sambil mengunjungi satu per satu toko yang ada di dekatnya.
Tunggu,
ini belum selesai sepenuhnya. Sean masih akan melanjutkan smua yang dia ketahui
mengenai benda bernama topi itu. Namun, untuk saat ini dia berhenti sejenak,
dan beralih ke gadis bermarga Athena yang ada di sampingnya. Apa gadis itu
sudah bisa mengerjakan tugasnya dengan benar? Sean, dengan iseng melirik
pekerjaan gadis itu, dan memperlihatkan sedikit senyuman di bibirnya. Yan
gpasti, tak akan dilihat oleh gadis itu. Mungkin Sean bisa sedikit membantu,
eh? Kalau iya, itu bagus. Tapi kalau tidak, itu memang nasib buruk Sean.
"
Bagaimana? Bisa mengerjakannya? ", ujar Sean singkat saja.
§§§
Kabel…
Buat apa?
Mom
sering memainkannya kalau di rumah. Kabel itu seperti ular dan kata Mom, Ivy
tidak boleh dekat-dekat dengan kabel. Berbahaya untuk anak kecil. Kabel itu
panjang dan mayoritas berwarna hitam, terkadang ada warna merahnya dan dia
punya kepala dengan 2 ujung yang tidak runcing, yang kata Mom juga itu berguna
untuk mengalirkan sebuah aliran—mungkin
aliran sesat ya?
Ivy
juga tidak tahu, jadi bagaimana kalau diabaikan saja?
Ivy hanya melihat kabel itu sembari bergidik.
Menoleh pada McKinley. Dia dapat topi, kalau topi sih Ivy punya banyak di
rumah. Mom sering belikan itu setiap minggu—buat gaya katanya. “Jadi ditulis
nih?” Ya iya dong ditulis masa mau dibacain di depan kelas? Ivy nih bagaimana
ya? Ivy menyeret perkamennya, kemudian melirik McKinley, nampaknya ia lancar
mengerjakan. Jadi? Apa yang harus dia tulis?
Nama : Viervhy Leandra Athena.
Kelas : Bourdon tingkat 2.
TELAAH MUGGLE
Kabel. Sejujurnya Ivy tidak tahu kenapa dia
harus mendapat kabel. Kabel yang didapat Ivy warnanya hitam—dan dia takut warna
hitam. Itu tidak penting. Kemudian ada kepalanya, ada seperti tanduk tapi
bukan, dan kabel ini diam tidak menggigit karena dia baik-baik saja, tidak
menggeram saat Ivy pegang. Kata Mom, kabel berguna untuk mengalirkan suatu
aliran—aliran sesat sepertinya, Prof. Lalu yang lebih penting, kabel harus
dijauhkan dari jangkauan anak-anak imut nan manis seperti Ivy.
Ia
menghela nafasnya. Tidak yakin dengan isi perkamennya yang seperti ini.
Mudah-mudahan saja nilainya bagus karena Ivy hanya mengerjakan apa adanya bukan
ada apanya. “Ya, seperti ini sih. Habis aku tidak tahu sih McKinley…” Athena 12
tahun ini malah nyengir lebar 10 jari—mengerikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar